6. PEMILIHAN PESAWAT UDARA AIRBORN EARLY WARNING & CONTROL MELALUI PENDEKATAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS
DOI:
https://doi.org/10.62828/jpb.v2i1.56Kata Kunci:
Pemilihan Pesawat Udara, Analytic Hierarchy Process, AHP, AEW&C, TNI AUAbstrak
Letak Geografis Indonesia yang strategis dan kekayaan alam berlimpah suatu
keuntungan namun juga menjadi ancaman bagi keamanan nasional. Indonesia membutuhkan
system pertahanan yang efektif dan modern untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI dari berbagai
ancaman melalui pertahanan udara salah satunya adalah dengan pesawat udara AEW&C.
Banyaknya populasi jenis/type pesawat AEW&C di pasaran dunia saat ini sehingga dibutuhkan
suatu metode pengambilan keputusan yang tepat secara ilmiah/akademis. Proses pemilihan
pesawat udara AEW&C dilaksanakan untuk mendapatkan pesawat yang terbaik untuk TNI
AU. Metode yang digunakan dalam penelitian pemilihan pesawat udara AEW&C dilaksanakan
menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan sistem pengambilan keputusan Analityc
Hierarchy Process (AHP) dan beberapa teori yang terkait seperti teori air power dan strategi. Ada
tiga jenis pilihan pesawat yang menjadi alternatif dalam pemilihan yang terdiri dari pesawat
Boeing 737 E-7A Wedgetail buatan Amerika Serikat, pesawat SAAB 6000 Globaleye buatan Swedia
dan pesawat SAAB 2000 Erieye buatan Swedia.
Analisis dilaksanakan berdasarkan lima kriteria yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan
pesawat udara AEW&C, yakni aspek operasi, teknis, SDM, Sarana prasarana dan peran pemerintah.
Hasil analisis menunjukkan pesawat Boeing 737 E-7A Wedgetail memiliki nilai yang paling dominan
yaitu bobot sebesar 56,6%, kemudian Pesawat SAAB 6000 Globaleye bobot sebesar 23,1% dan Pesawat SAAB 2000 Erieye bobot sebesar 20,2%. Dari hasil analisis untuk pesawat AEW&C TNI AU
yang tepat adalah Pesawat Boeing 737 E-7A Wedgetail buatan Amerika Serikat